Belum
lepas dari ingatan kepergian KHR. Ahmad Fawaid As’ad yang begitu
tiba-tiba pada Jumat 9 Maret lalu. Kini air mata masyarakat Kota Santri
dan sekitarnya kembali tertumpah, tepatnya kemarin (6/4). KH. Achmad
Sofyan Miftahul Arifin, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Sumber Bunga,
Desa Sletreng, Kecamatan Kapongan, berpulang ke Rahmatullah.
Kiai Sofyan yang juga mengasuh Ponpes Mambaul Hikam, Desa Panji Kidul, Kecamatan Panji, itu meninggal di Hotel
Hera, Misfarah, No. 401, Makkah, Kamis malam (6/4) sekitar pukul 19.00
waktu Arab Saudi, atau sekitar pukul 23.00 WIB. Hotel tersebut merupakan
penginapan Kiai Sofyan selama melakukan umrah bersama 171 jamaah asal
Situbondo dan Bondowoso.
Kiai
karismatis berumur 97 tahun itu dimakamkan di Ma’la, pemakaman yang
berjarak sekitar dua kilometer dari Masjidil Haram. Kiai Sofyan
dikebumikan setelah salat Jumat (waktu Makkah). Dia disalati di Masjidil
Haram sebelum dikebumikan di Ma’la.
Informasi
yang dikumpulkan wartawan koran ini menyebutkan, memakamkan Kiai
Sofyan di Makkah sudah atas persetujuan keluarga di Situbondo.
Selain itu, juga berdasar wasiat Kiai Sofyan. Konon, pada 1995,
dia ingin meninggal di Mekkah dan disalatkan di Masjidil Haram.
Sejumlah
ulama terkemuka di Saudi Arabia mendoakan langsung Kiai Sofyan, di
antaranya Syeikh DR. Muhammad Bin Ismail Al-Maliki yang datang langsung
ke penginapan Kiai Sofyan. Informasi yang dikumpulkan wartawan koran ini
menyebutkan, tidak ada yang menyangka bahwa Kiai Sofyan akan
mengembuskan napas terakhir saat umrah. Pasalnya, saat berangkat
kondisinya baik-baik saja.
Kiai
Sofyan dan rombongan berangkat ke Makkah pada 25 Maret. Dia ditemani dua
putrinya dan empat khaddam. Ikut dalam rombongan, yaitu
Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto; Ketua Dewan Tanfidz PKNU, KH. Masyrus
Syam; Sekretaris MUI Situbondo, Hamid Jauharul Fardhi; Anggota KPU,
Imron Rosyidi; dan anggota DPRD dari PKNU, Ulvia Rasyid.
Selain
itu, ada sekitar 160 jamaah lain. Selain warga biasa, di antaranya
adalah pengasuh pesantren di Kabupaten Situbondo dan Bondowoso.
Rombongan umrah dibagi dalam dua kloter. Kloter pertama berjumlah 21
orang. Mereka di Tanah Suci hanya 16 hari. Minggu pagi besok mereka akan
terbang via Hongkong.
Selasa
malam, rombongan kloter pertama itu diprediksi sampai di Panji Kidul,
Situbondo. Sementara itu, kloter dua masih menetap di Makkah hingga dua
pekan mendatang. Menurut Sekretaris MUI Situbondo, Hamid Jauharul
Fardhi, tidak ada tanda-tanda bahwa Kiai Sofyan akan wafat di
Makkah.” Kiai memang sempat meriang. Hanya itu saja, tak ada tanda-tanda
lain,” terangnya melalui layanan pesan singkat kepada wartawan koran
ini.
Sebelum
tiba di Makkah, Kiai Sofyan dan rombongan berada di Madinah selama
sembilan hari. Nah, beberapa saat setelah tiba di Makkah, sekitar pukul
07.00, dia mengeluh suhu badannya agak panas. Namun, itu hanya
dianggap keluhan biasa. “Setelah mengimami salat jamaah di kamar hotel,
Kiai (Sofyan) memilih beristirahat. Kami sempat mendampingi beliau di
kamar.
Kala itu
tidak ada keluhan apaapa. Kami tenang-tenang saja, hanya berdoa,” kenang
Hamid. Satu-satunya isyarat Kiai Sofyan akan pergi selamanya adalah
tokoh kelahiran 1915 itu sering menanyakan jam. “Beliau selalu
menanyakan jam. Seakan-akan ada yang ditunggu, itu saja yang
menjadi isyarat kepada kami,” imbuh pria yang bekerja di salah
satu perbankan tersebut.
Setelah
mengeluh badannya panas, Kiai Sofyan langsung ditangani tim medis yang
ikut dalam rombongan. Setelah itu, kondisinya membaik. Kiai pun sempat
keluar menemui Lora Ma’mun, putra bungsunya yang menimba ilmu di
sebuah pesantren di Makkah. “Sekembali dari tempat putranya, kiai sangat
sehat. Bahkan, beliau masih sempat makan siang,” tulis Hamid.
Di
detik-detik wafatnya, Kiai Sofyan sempat memesan bakso. Itu cukup aneh.
Sebab, makanan itu selama ini jarang dijamah. Sayang, sebelum
makanan yang dipesan datang, sang kiai dipanggil Allah. “Beliau wafat
dengan tenang dan tanpa sakit apa pun ba’da Magrib sekitar pukul 19.00
waktu Makkah.
Hujan
deras dan petir menggelar mengiringi kepergian beliau. Keadaan itu
tidak biasa. Sebab, di Makkah sudah setahun hujan tidak turun,” papar
Hamid. Jenazah Kiai Sofyan sempat dibawa ke sebuah rumah sakit di
Makkah, Namun, bukan untuk apa-apa, kecuali hanya sebagai persyaratan
disalatkan di Masjidil Haram.
0 komentar:
Posting Komentar