Usai Shalat jum’at disaat para santri
sedang melaksanakan pengajian di kamarnya masing-masing, sebuah perintah
dari pengurus pesantren terdengar dari speaker mushalla, pengurus itu
mengatakan, “semua santri yang ada di kamar-kamar maupun di masjid,
diharapkan untuk pergi ke mushalla untuk mendoakan KHR. Ahmad Fawaid
As’ad yang sedang sakit di RS. Surabaya”. Setelah mendengar ultimatum
tersebut, satu persatu, semua santri pergi ke mushalla dengan
menggenggam al-quran ditangannya.
Dengan dipimpin seorang ustad, para
santri membaca surah yasin bersama-sama, yang dilanjutkan dengan membaca
shalawat syifa’ bersama-sama. Disaat para santri sedang khusyu’ membaca
shalwat syifa’, tiba-tiba datang Kiai Muzakki yang masih mempunyai
hubungan kekerabatan dengan KHR. Ahmad Fawaid As’ad. Kedatangan Kiai
Muzakki ke mushalla membuat semua santri bertanya-tanya, dan berharap
takan terjadi apa-apa mengenai KHR. Ahmad Fawaid As’ad. Disaat Kiai
muzakki tiba di tempat pengimaman mushalla dan meraih microphone yang
digunakan ustad untuk memimpin doa bersama itu, para santri pun
menghentikan ritual doanya.
Dengan menggenggam microphone Kiai
Muzaakki berdauh dengan wajah agak lesu dan cemas, “Ada pengumuman, saya
mewakili keluarga besar pondok pesantren salafiyah syafi’iyah sukorejo
situbondo bahwa pengasuh kita KHR. Ahmad Fawaid As’ad telah berpulang
kerahmatullah di RS. Surabaya”. Bersamaan dengan dauh Kiai Muzakki
tersebut, tangisan para santri tak dapat dibendung lagi, mushalla
ibrahimy pada saat itu seakan-akan menjadi tempat yang sangat
menyedihkan sekali.
Kabar kewafatan KHR. Ahmad Fawaid As’ad
pun sudah tersebar diseantero pesantren dan daerah sukorejo (tetangga
pesantren), pada saat itu pun sukorejo bagaikan kota mati semuanya
berkabung. Langit pun menjadi mendung solah-olah ikut bersedih ditinggal
seorang guru besar yang sangat harum sekali perjuangannya.
Selang beberapa jam, sukorejo dipadati
para tamu yang ingin bertakziah. Para alumni pesantren, Para Kiai
pesantren daerah jawa, dan para pengikut KHR. Ahmad Fawaid As’ad ikut
bergabung dalam keramaian. Masjid Ibrahimy yang luas dan besar menjadi
sempit, semua orang ingin berpartisipasi dalam ritual shalat jenazah
KHR. Ahmad Fawaid As’ad, isak tangis para pentakziah pun menggema
didalam masjid ibrahimy.
Kesedihan semakin bertambah ketika
jenazah KHR. Ahmad Fawaid As’ad digiring menuju masjid ibrahimy, semua
orang melambaikan tangannya seakan-akan berkata selamat jalan KHR. Ahmad
Fawaid As’ad. Semuanya pilu dan tak rela ditinggal seseorang Kiai yang
penuh kharismatik. Hiruk pikuk, kekalutan, dan dzikir bercampur menjadi
satu ketika menyambut iringan jenazah KHR. Ahmad Fawaid As’ad.
Sekitar jam 08:30 setelah shalat jenazah
rampung, pemakaman dilaksanakan, makam KHR. Ahmad Fawaid As’ad
diletakkan tepat disebelah makam KHR. As’ad Syamsul Arifin, ayahnya
beliau yang juga menjadi Kiai besar dulunya. Kerumunan warga tak dapat
dibendung lagi, area pemakaman dari segala penjuru, penuh dengan para
tamu yang ingin menyaksikan proses pemakaman KHR. Ahmad Fawaid As’ad.
Sumber : Masjid Nurul Hasan
0 komentar:
Posting Komentar